PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN PENUTUPAN TAMBANG
Dalam dunia yang sempurna, tambang hanya akan tutup ketika Sumberdaya mineralnya sudah habis dan rencana penutupan tambang sudah tersedia dan diterapkan secara progresif.
Terdapat waktu untuk merencanakan, memantau dan melakukan uji coba, dan dana disimpan secara eksternal untuk menutup biaya penerapan rencana penutupan. Target hasil dapat dicapai atau dilaksanakan secara memuaskan, dan harus ada banyak peluang untuk mengatasi masalah besar apapun yang dapat menciptakan kesulitan setelah penutupan tambang.
Semua pemangku kepentingan telah disiapkan mengenai rencana tanggal penutupan, karyawan dapat merencanakan untuk mendapatkan pekerjaan alternatif, dan masyarakat berpeluang untuk bekerjasama dengan tambang untuk memastikan adanya manfaat yang berkelanjutan dari aktivitas pertambangan.
Namun, di dunia nyata, tambang mengambil cadangan dan bukan Sumberdayanya, sedangkan kualitas dan tonase dari cadangan itu berbeda dari hari ke hari, tergantung pada harga komoditi, kualitas atau grade bijih, hasil eksplorasi lanjutannya, komplikasi geoteknik dan berbagai faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan penutupan tambang sebelum estimasi
cadangan telah diekstraksi seluruhnya. Situasi ini dapat menciptakan masalah besar bagi perusahaan tambang, masyarakat, serta lembaga yang berwenang.
Ada banyak alasan mengapa tambang dapat tutup secara prematur. Riset menunjukkan bahwa hampir 70 persen tambang yang telah tutup selama 25 tahun terakhir di Australia mengalami penutupan yang tak terduga-duga dan tak direncanakan (Laurence, 2002). Maksudnya, mereka tutup karena alasan-alasan lain selain penipisan atau habisnya cadangan. Alasannya antara lain:
• ekonomi, seperti rendahnya harga komoditas atau tingginya biaya kerja, yang menyebabkan perusahaan pailit
• geologi, seperti penurunan kualitas atau ukuran bongkah bijih yang tak terantisipasi sebelumnya
• teknis, seperti kondisi geoteknik yang buruk atau kerusakan mesin/peralatan
• peraturan, akibat pelanggaran keamanan atau lingkungan
• perubahan kebijakan, yang muncul dari waktu ke waktu, khususnya ketika terjadi perubahan pemerintah
• tekanan sosial atau masyarakat, khususnya dari organisasi non-pemerintah (atau lembaga swadaya masyarakat)
• penutupan industri atau pasar di tingkat hilir
• banjir atau gelombang besar.
Tambang yang ditutup dengan buruk atau ditelantarkan (ditinggalkan begitu saja) akan menyebabkan masalah warisan yang sulit bagi pemerintah, masyarakat, perusahaan mineral, dan pada akhirnya akan merusak citra industri pertambangan secara keseluruhan. Dan karena akses ke Sumberdaya semakin terikat dengan reputasi industri dan perusahaan, proses penutupan yang efektif dan penyelesaian tambang yang memuaskan menjadi sangat penting terhadap kemampuan perusahaan untuk mengembangkan proyek-proyek baru.
Perencanaan yang buruk dan pendanaan yang tidak memadai umumnya akan meningkatkan biaya penutupan dan menurunkan keuntungan keseluruhan, sehingga merintangi kemampuan perusahaan untuk mengembangkan proyek-proyek baru. Dengan menggunakan
cara pendekatan yang lebih terpadu dalam perencanaan penutupan tambang, serta melaksanakannya sejak lebih dini, dapat mewujudkan penutupan dan penyelesaian tambang yang efektif, dan menghilangkan efek negatif dari penutupan yang tak terduga-duga atau tak terencana.
Baru-baru ini, telah dikembangkan serangkaian kerangka kerja kebijakan pembangunan berkelanjutan oleh industri dan organisasi lain, yang kini berfungsi sebagai faktor pendorong praktek kerja yang lebih baik. Salah satu pendekatan itu adalah dari International Council on Mining and Metals (ICMM) atau Dewan Internasional Pertambangan dan Logam
yang menetapkan 10 Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan di tahun 2003, untuk mengarahkan komitmen industri dalam pembangunan berkelanjutan di dalam suatu kerangka kerja yang strategis (ICMM, 2003).
Untuk memberi efek praktis dan operasional ke dalam komitmen ICMM ini, Minerals Council of Australia (MCA) atau Dewan Mineral Australia mengembangkan konsep Enduring Value (Nilai Yang Bertahan) – Kerangka Kerja Industri Mineral Australia untuk Pembangunan Berkelanjutan
(MCA, 2004). Enduring Value dirancang untuk membantu para manajer sektor mineral untuk menerapkan komitmen sektornya dalam cara yang bersifat praktis dan operasional, dan ditargetkan untuk diterapkan di tingkat lokasi penambangan (MCA, 2005).
Dalam menerapkan Enduring Value, sektor mineral Australia menyadari bahwa masa depannya terkait erat dalam upaya pencapaian pembangunan berkelanjutan, yang berarti harus beroperasi dengan cara yang selaras dengan harapan masyarakat dan mengakui bahwa bisnis harus berbagi tanggung jawab dengan pemerintah dan dengan masyarakat luas, untuk membantu memfasilitasi pengembangan masyarakat yang kuat dan berkelanjutan (MCA, 2005).
Visi dari penutupan tambang dan rencana penyelesaiannya harus memastikan tersedianya sebuah proses untuk memandu semua keputusan dan tindakan selama usia tambang, di mana:
• kesehatan dan keamanan publik di masa depan tidak boleh dikompromikan
• Sumberdaya alam tidak boleh terkena pengrusakan secara fisik maupun kimia
• penggunaan lokasi pasca-tambang adalah hal yang penting dan harus berkelanjutan di jangka panjang
• setiap dampak sosial-ekonomi yang buruk harus diminimalkan
• harus mengambil peluang untuk memaksimalkan manfaat sosial-ekonomi (Proyek Mining, Minerals and Sustainable Development (MMSD), 2002).
Isu- su pembangunan berkelanjutan dalam penutupan tambang
Isu-isu lingkungan
Titik pusat dalam rencana penutupan tambang adalah pembuatan rencana rehabilitasi yang progresif, dan memastikan:
• bahwa bentang alam pasca-tambang aman dan stabil dari sudut pandang fisik, geokimia dan ekologi
• kualitas Sumberdaya air di sekitarnya terlindungi
• rencana penggunaan lahan pasca-tambang yang berkelanjutan telah dibuat, disepakati, dan dijelaskan secara memuaskan kepada masyarakat dan pemerintah
• kriteria keberhasilan telah disepakati bersama dengan pemangku kepentingan, dan dipantau dan dilaporkan kepada para pemangku kepentingan.
Pengembangan operasi penambangan, termasuk fasilitas pemrosesan dan infrastruktur yang terkait dengannya, biasanya mencakup pengubahan permanen bentang alam yang ada, gangguan terhadap vegetasi dan tumbuhan, gangguan terhadap habitat hewan, dampak secara
hidrologi, dan berpotensi menyebabkan kontaminasi dalam tingkat tertentuPengelolaan masalah lingkungan ini jika dilakukan selama operasi penambangan dapat membantu meminimalkan dampaknya. Namun demikian, tak terhindarkan adanya dampak residual saat operasi penambangan dan pemrosesan sudah selesai, dan masalah ini harus
dikelola dengan prioritas berikut: bahaya dan risiko keamanan publik, potensi sumber polusi yang berkelanjutan, penggunaan lahan dan kebutuhan Sumberdaya di masa depan dan, kecocokan dengan ekologi, harapan masyarakat, estetika, serta biaya.
Banyak aspek-aspek yang dijabarkan di atas dan dampak resultannya bergantung pada sifat proyek dan faktor lingkungan yang spesifik terhadap lokasi. Oleh karena itu, penting untuk mendefinisikan aspek-aspek dan dampak-dampak terhadap masing-masing proyek sebagai bagian dari proses perencanaan penutupan tambang.
Mungkin akan ada peluang untuk mengurangi dampak lingkungan dari pertambangan dan pemrosesan mineral melalui perancangan dan operasi pabrik pemrosesan yang dapat mengurangi limbah beracun, atau melakukan daur ulang atau pemanfaatan ulang limbah melalui inisiatif produksi yang lebih bersih dan inisiatif ekologi industrial (lihat buku pedoman Stewardship atau Penatagunaan dalam seri ini).
Selain itu, dampak pertambangan terhadap lingkungan mungkin dapat dikurangi sebagian dengan cara rehabilitasi lahan yang tak ditambang. Ini menegaskan pentingnya untuk mempertimbangkan masalah penutupan dan penyelesaian tambang sejak tahap sangat awal di dalam perencanaan tambang.
Masalah sos al-ekonom Melalui prinsip Enduring Value, industri mineral Australia melakukan komitmen terhadap pengembangan sosial dan ekonomi masyarakat tempat perusahaannya beroperasi. Ini mencakup komitmen untuk meminimalkan dampak negatif pertambangan pada masyarakat tetangga, serta mengkaji cara mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan dan keberlanjutan sosial (social sustainability) pada masyarakat yang terkena pengaruh. Keberlanjutan sosial atau social sustainability adalah proses, sistem, struktur dan hubungan yang ada pada masyarakat, baik formal maupun informal, yang secara aktif mendukung kemampuan dari generasi sekarang dan mendatang untuk menciptakan sebuah masyarakat yang sehat dan dapat dihuni dengan baik. Masyarakat yang memiliki social sustainability
atau keberlanjutan sosial akan bersifat adil, beragam, saling terhubung dan demokratis, serta menyediakan sebuah kualitas kehidupan yang baik (Western Australian Council of Social Services/Dewan Layanan Sosial Western Australia, 2002).
Program pengembangan masyarakat menyediakan sebuah mekanisme penting sebagai sarana kontribusi perusahaan pertambangan terhadap keberlanjutan sosial ini. Pengembangan masyarakat terutama berfokus pada peningkatan kekuatan dan efektivitas masyarakat dalammenentukan dan mengelola masa depannya sendiri (ESMAP/World Bank/ICMM, 2005).
Program ini melibatkan inisiatif perencanaan dan penerapan, seringkali dalam bentuk kemitraan dengan pihak berkepentingan lain, untuk menyediakan sebuah hasil positif berjangka panjang bagi masyarakat yang terkena pengaruh. Pembangunan Berkelanjutan harus digerakkan berdasarkan kebutuhan dari masyarakat, bukan dari perusahaan, dan harus berupaya agar dapat berkontribusi terhadap penguatan kelangsungan hidup masyarakat di jangka panjang.
Di berbagai wilayah regional dan terpencil, operasi penambangan adalah satu-satunya aktivitas ekonomi yang besar dan memiliki peran serta kontribusi penting terhadap pengembangan ekonomi regional. Operasi penambangan memberikan peluang kerja dan pelatihan yang jelas dalam berbagai profesi, ketrampilan dan jasa. Dalam beberapa kasus, perusahaan pertambangan memperluas komitmen mereka terhadap pengembangan ekonomi setempat dan pembangunan kapasitas lokal dengan meminta para kontraktornya untuk juga menargetkan peluang kerja dan pelatihan mereka kepada masyarakat setempat, dan dengan memberikan prioritas kepada rantai pasokan lokal. Perusahaan pertambangan juga berupaya
memberikan transfer ketrampilan dan peluang kerja yang baik melalui pengembangan usaha lokal.
Pendirian operasi penambangan atau mineral hampir selalu menghadirkan infrastruktur penting ke lokasi tambang, masyarakat lokal dan wilayah yang lebih luas. Perencanaan penutupan tambang dapat membantu meredakan masalah berkurangnya akses ke infrastruktur yang berguna ini kelak. Dengan perencanaan yang seksama dan canggih, memungkinkan untuk mengembangkan kapasitas masyarakat dan pemerintah setempat agar dapat mempertahankan kepemilikan fasilitas infrastruktur dan jasa tertentu di masa depan, atau sebagai bagian dari peningkatan peluang pengembangan usaha.
Program pengembangan masyarakat oleh perusahaan akan berdasarkan pada strategi keterlibatan masyarakat (community engagement) dari perusahaan, yang harus merupakan proses yang dinamis dan berkesinambungan, sepanjang siklus hidup operasi penambangan.
Perencanaan penutupan tambang harus dibahas bersama masyarakat sedini mungkin, sebelum tahap perencanaan dan perancangan operasi. Rancangan proyek ini harus mempertimbangkan cara meminimalkan dampak negatif dari penutupan tambang, dan mengoptimalkan peluang pengembangan masyarakat yang muncul dari tahap pertambangan
aktif dan tahap penutupan tambang. Sebuah strategi keterlibatan masyarakat yang efektif dan dilaksanakan sejak dini haruslah dibuat, dan masyarakat haruslah dilibatkan sepanjang usia operasi.
Buku Pedoman Praktek Kerja Unggulan yang berjudul Keterlibatan dan Pengembangan Masyarakat menyediakan informasi lebih lanjut dan studi-studi kasus mengenai praktek kerja terbaik dalam program keterlibatan masyarakat dan pengembangan masyarakat. Secara khusus, perencanaan penutupan tambang harus memastikan bahwa kesehatan publik dan
keamanan masyarakat tidak boleh dikompromikan; daya tahan masyarakat terhadap dampak negatif penutupan tambang harus diperkuat, serta masyarakat dapat memaksimalkan peluang untuk penggunaan lahan selanjutnya dan mempertahankan infrastruktur pertambangan yang
bernilai bagi masyarakat tersebut.
Kasus B sn s
Terdapat kasus bisnis penutupan tambang dalam kerangka kerja pembangunan berkelanjutan, dengan cara yang terencana, terstruktur dan sistematik, dan diterapkan secara progresif selama siklus keseluruhan proyek. Manfaatnya antara lain:
Pengelolaan tambang yang lebih baik:
• peluang untuk mengoptimalkan perencanaan dan operasi penambangan selama usia aktif tambang untuk mendapatkan ekstraksi Sumberdaya yang efisien dan penggunaan lahan pasca-tambang (misalnya pengurangan tumpang-tindih pengerjaan untuk bahan limbah dan tanah lapisan atas, dan berkurangnya area yang terkena gangguan lahan)
• identifikasi area-area yang berisiko tinggi, sebagai prioritas untuk riset atau usaha pemulihan yang berkesinambungan
• penerapan rencana penutupan tambang secara progresif, dengan peluang yang berkesinambungan untuk pengujian, pengkajian ulang dan pemberian tanggapan atas efektivitasnya
• risiko yang lebih rendah terhadap terjadinya pelanggaran peraturan.
Keterl batan pemangku kepent ngan yang leb h ba k dalam perencanaan dan pengamb lan keputusan:
• memahami kemungkinan dampak pada masyarakat yang terkena pengaruh, dalam hal dampak lingkungan, sosial dan ekonomi dari penutupan tambang
• pengembangan strategi dan program-program berdasarkan informasi yang baik, untuk mengatasi dampak dari penutupan tambang, idealnya sebagai bagian dari sistem pengembangan masyarakat sejak awal usia tambang
• meningkatkan dukungan dari karyawan, pemerintah, pemilik lahan, masyarakat lokal dan pemangku kepentingan atau pihak berkepentingan lain untuk keputusan penutupan tambang
• meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap usulan pertambangan di masa depan
• meningkatkan citra pada publik dan reputasi.
Pengurangan resiko dan pertanggungjawaban hukum:
• menjamin tersedianya dukungan keuangan dan materi untuk penutupan tambang melalui estimasi biaya penutupan tambang sejak dini
• mengurangi pertanggungjawaban hukum secara kontinu, dengan cara mengoptimalkan operasi selama usia aktif tambang yang sesuai dengan rencana penutupan
• mengurangi kemungkinan terkena pertanggungjawaban hukum yang berkaitan dengan bahaya dan risiko keamanan publik dan lingkungan
• menurunkan pertanggungjawaban hukum yang terus menerus terhadap lokasi tambang, dan memudahkan pengembalian hak penambangan dan pemulihan jaminan.