Mengenal Batik Tiga Negeri Lasem yang Punya Motif Unik

Batik tiga negeri merupakan batik yang memiliki tiga warna yakni warna merah, biru, dan sogan (cokelat kekuningan).

Di Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, batik tiga negeri sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.

“Pada kala itu, batik tiga negeri menggunakan akar mengkudu untuk warna merah, daun indigofera untuk warna biru, dan kayu tegeran untuk warna cokelat,” kata Ketua Yayasan Kesengsem Lasem Gilang Surya.

Baca juga: 

Pernyataan itu ia sampaikan dalam tur virtual Kisah Batik Tiga Negeri Lasem: Merayakan Hari Batik Nasional dengan Menjelajah Lasem secara Virtual, Jumat (2/10/2020).

Penjabaran warna menggunakan bahan alami dikutip Gilang dari laporan Overzicht van den Economischen toestand der Inlandsche Bevolking Java en Madoera (1904) milik C. T. H. Van Deventer.

Kegiatan membatik Nusantara semakin menggeliat

Meski sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit, kegiatan membatik di Nusantara baru berkembang pesat pada abad ke-18.

“Pesat-pesatnya sejak abad ke-18 atau tahun 1700-an bersamaan dengan impor kain katun dari India dan Inggris ke Hindia Belanda untuk memenuhi kebutuhan kain sekitar 1705,” ujar Gilang.

Saat itu, batik motif Chintz asal India masuk ke Nusantara dan menjadi konsumsi kalangan atas Hindia Belanda.

Kain bermotif warna merah dan biru tersebut dibuat menggunakan teknik kalamkari atau menorehkan warna dengan pena kaligrafi pada kain yang telah dimordan.

Adapun, teknik mordan atau mordanting merupakan proses pencampuran air dengan beberapa zat untuk mencerahkan kain dan memudahkan warna terikat pada kain.

Ada paduan budaya dalam warna batik tiga negeri

Gilang melanjutkan, batik tiga negeri di Lasem memiliki kaitan yang erat dengan legenda Bi Nang Un dan Na Lini yang menetap di Lasem.

Mereka adalah sepasang suami istri anggota ekspedisi Laksamana Cheng Ho pada 1405–1433 yang menetap di Lasem.

Melansir situs resmi Kesengsem Lasem, pasangan suami istri itulah yang memperkenalkan teknik membatik pada abad ke-15 di Lasem.

Pada saat yang bersamaan dengan menggeliatnya teknik membatik di Nusantara, sejumlah warga Lasem pun makin giat membatik.

“Pada abad ke-19 dan ke-20, Lasem disebut sebagai Kota Batik yang futuristik. Batik tiga negeri dibuat secara komunal oleh orang Tionghoa. Motifnya campuran Tionghora, Jawa, Eropa, India, dan Persia,” ujar Gilang.

Makna dibalik warna dan motif batik tiga negeri

Wakil Ketua Yayasan Lasem Heritage Yulia Ayu dalam kesempatan yang sama mengatakan, warna merah dalam batik tiga negeri memiliki makna tersendiri.

“Warna merah yang disebut darah ayam dalam masyarakat Tionghoa bermakna kebahagiaan. Merah adalah warna dasar penggunan batik tiga negeri,” ungkap Yulia.Ilustrasi batik - Seorang pembuat batik di Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.© Disediakan oleh Kompas.com Ilustrasi batik – Seorang pembuat batik di Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Sementara itu, pemilik Rumah Batik Kidang Mas yang sudah ada sejak enam generasi lalu mengatakan, warna sogan merupakan warna tanah yang bermakna kehidupan dan selalu mengingat Tuhan.

Pemilik Rumah Batik Maranatha Ong’s Art Renny Priscilla mengatakan, batik tiga negeri memiliki varian motif cukup banyak yang dihasilkan oleh sejumlah rumah batik di Lasem.

Salah satunya adalah motif gunung ringgit yang memiliki filosofi terkait keuangan seseorang.

“Motif ini punya filosofi kalau yang memakai kain itu, uangnya akan setinggi gunung,” kata Renny dalam kesempatan yang sama.

Ia melanjutkan, ada pula kain pasiran dengan makna orang yang memakainya akan memiliki rezeki seperti pasir pantai atau tidak pernah habis. Ada juga motif bunga karang, lambang dari kekuatan.

Motif sehari-hari

Selain motif yang memiliki makna tersendiri, pemilik Rumah Batik Kidang Mas Rudi Siswanto mengatakan bahwa di Lasem terdapat motif batik sehari-hari.

“Motif batik di Lasem identik dengan budaya lokal yang ada di sini. Ada kawung bunderan, kawung suketan, dan sebagainya,” kata Rudi dalam kesempatan yang sama.

Kawung merupakan motif batik memiliki bentuk seperti buah kawung, sejenis kelapa atau kolang-kaling.

Selain motif kawung, pemilik Rumah Batik Lumintu Ekawatiningsih mengatakan ada juga motif daun asem dari pohon asem, dulu merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit, yang dapat dilihat hingga kini di sana.

“Ada lagi motif latohan. Latoh itu rumput laut yang sekarang terkenal dengan kulinernya urap latoh. Saya berusaha memasukkannya di setiap batik, terutama batik premium motif-motif Laseman,” kata Ekawatiningsih.

sumber: kompas.com

Author: Gerai Kendhil

Tinggalkan komentar