Wisata Kepulauan Kei Maluku Tenggara, Ada Hukum Adat dan Pantai Indah

Kepulauan Kei, juga dikenal dengan Nuhu Evav atau Tanat Evav oleh warga setempat, merupakan gugusan pulau di Maluku Tenggara.

Badan Promosi Pariwisata Maluku Tenggara Andi Abdul Rahman Aziz mengatakan, kepulauan ini memiliki sejumlah daya tarik wisata.

“Kepulauan Kei punya 112 pulau dengan 76 destinasi wisata. Terkenal dengan pantainya yang berpasir halus dan budaya-budaya yang ada di sana,” ungkap Andi.

Hal tersebut diungkapkan olehnya dalam International Forum On Spice Route 2020 bertajuk “Celebrating Diversity and Intercultural Understanding Through Spice Route as One of the World’s Common Heritage”, Rabu (23/9/2020).

Seorang penduduk Kepulauan Kei di Pantai Ngur Sarnadan, Maluku Tenggara.© Disediakan oleh Kompas.com Seorang penduduk Kepulauan Kei di Pantai Ngur Sarnadan, Maluku Tenggara.

Hukum adat masyarakat Kepulauan Kei

Salah satu daya tarik wisata di Kepulauan Kei adalah adat istiadat, yakni Hukum Larvul Ngabal.

“Bisa dibilang hukum Pancasila sebelum adanya Undang-undang Dasar dan Pancasila masuk ke Indonesia. Dulu masyarakat berpatokan ke situ,” tutur Andi.

Mengutip National Geographic, Hukum Larvul Ngabal merupakan hukum adat yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang dipegang teguh oleh masyarakat Kepulauan Kei.Makanan khas Kepulauan Kei bernama embal.© Disediakan oleh Kompas.com Makanan khas Kepulauan Kei bernama embal.

Punya makanan tradisional yang unik

Andi mengatakan, Kepulauan Kei memiliki berbagai macam makanan tradisional khas daerah tersebut. Salah satunya adalah embal atau singkong pahit.

Embal, mengutip situs resmi Dinas Pariwisata Kabupaten Maluku Tenggara, merupakan makanan yang diolah dari tanaman ubi kayu atau singkong.

Jika tertarik mencobanya, wisatawan bisa berkunjung ke sejumlah toko oleh-oleh dekat pintu masuk pelabuhan Tual atau pasar malam Kota Tual.

Sejarah Kepulauan Kei yang menarik

Maluku terkenal akan rempah-rempahnya yakni cengkeh dan lada. Hal ini membuatnya menjadi incaran bangsa Eropa.

Kekayaan rempah di Maluku bahkan sempat ditulis oleh Tome Pires dalam bukunya yang berjudul Summa Oriental.

Andi mengatakan, perdagangan rempah mempengaruhi pertukaran budaya, agama, dan ekonomi masyarakat Maluku. Kendati demikian, Kepulauan Kei bukanlah penghasil rempah-rempah.

“Kalau di Ambon, Ternate, dan sekitarnya itu ada rempah. Khusus Kepulauan Kei, dari Kei Besar dan Kei Kecil, cuma ada cengkeh di Kei Besar,” ungkap Andi.

Kepulauan Kei secara keseluruhan pada saat itu, terutama Tual, lebih dimanfaatkan sebagai tempat untuk berdagang dan membeli perbekalan untuk pelayaran.

Selama berlibur di sana, wisatawan bisa mempelajari lebih lanjut sejarah dan hal-hal unik lain Kepulauan Kei sembari berkunjung ke Kota Tual yang sempat dijadikan sebagai tempat berniaga bangsa Portugis.Burung pelikan di Pantai Ngurtafur, Kepulauan Kei, Maluku Tenggara.© Disediakan oleh Kompas.com Burung pelikan di Pantai Ngurtafur, Kepulauan Kei, Maluku Tenggara.

Wisata pantai dengan panorama ciamik nan unik

Andi menuturkan, Kepulauan Kei memiliki pantai-pantai indah seperti Ngurbloat, Ngurtavur, Ngur Sarnadan, dan Pulau Bair.

“Pantai Ngurbloat diakui oleh National Geographic sebagai pantai dengan pasir terhalus di dunia,” ujar Andi.

Pantai Ngurbloat yang juga dikenal dengan Pantai Pasir Panjang, mengutip Indonesia.travel, merupakan sebuah pantai sepanjang 5 km yang terletak di Desa Ngilngof.

Sembari melihat pemandangan barisan pohon kelapa di tepi pantai dan memandang hamparan laut biru, wisatawan juga bisa bermain voli pantai atau sekadar berjemur dengan santai.

“Pantai Ngurtavur sering disebut Snake Island karena bibir pantainya menjulur ke laut sepanjang 2,5 km. Kalau air surut bagus pemandangannya,” kata Andi.

“Salah satu keunikan di Ngurtavur adalah burung pelikannya. Mereka migrasi dari Australia. Mereka datang ke Kei cuma di pantai itu,” imbuhnya.

sumber: kompas.com

Author: Gerai Kendhil

Leave a Comment