Mengenal 13 Kerajaan Maritim Hindu-Buddha di Indonesia

16 Oct 2023 10 min read No comments Culture

Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Ini karena letak geografisnya yang terletak di antara dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik serta dua benua, Asia dan Australia.

Wilayah Indonesia juga memiliki perairan yang lebih luas ketimbang daratan, tepatnya terdiri dari 70 persen lautan dan 30 persen daratan. Hal ini pula pada masa lalu yang membuat orang-orang India dan Tiongkok datang ke Nusantara.

Apalagi, Nusantara memiliki kekayaan rempah-rempah yang membuat masyarakat India dan Tiongkok ingin berdagang dengan Indonesia. Nah, dalam aktivitas perdagangan ini, masyarakat Tiongkok dan India membawa pengetahuan tentang kepercayaan mereka, Hindu dan Buddha.

Ini pula yang membuat kerajaan-kerajaan di Nusantara memiliki pengaruh Hindu-Buddha. Nah, berikut ini 13 kerajaan maritim Hindu-Buddha di Indonesia dikutip dari laman Ruangguru:

1. Kerajaan Kalingga

Kerajaan Kalingga atau Kerajaan Holing adalah kerajaan bercorak Buddha dan terletak di pantai utara Jawa Tengah, antara Kabupaten Pekalongan dan Jepara. Kerajaan Kalingga didirikan Dapunta Syailendra yang akhirnya menjadi penguasa Kerajaan Mataram Kuno.

Kerajaan Kalingga mencapai puncak kejayaan di bawah pimpinan Ratu Shima. Perekonomian mereka bertumpuk pada sektor perdagangan dan pertanian. Letak kerajaan yang strategis menyebabkan sektor perdagangan maritim bisa berkembang pesat.

Pada saat itu, mereka berdagang kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading. Wilayah pedalaman yang subur mereka manfaatkan untuk mengembangkan kegiatan pertanian yang hasil utamanya berupa padi.

Penduduknya juga pandai membuat minuman dari bunga kelapa dan bunga aren. Pemerintahan Ratu Shima sangat keras, tegas, tapi adil. Hal ini yang membuat rakyatnya memiliki kehidupan yang makmur. Pada masa kejayaannya, Kerajaan Kalingga menjadi pusat agama Buddha di Jawa.

Kerajaan Kalingga runtuh sepeninggal Ratu Shima, dengan terjadinya penaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya.

2. Kerajaan Sriwijaya

Salah satu kerajaan maritim Hindu-Buddha terbesar di Indonesia adalah kerajaan Sriwijaya. Kerajaan bercorak Buddha ini didirikan oleh Dapunta Hyang yang terletak di sekitar pertemuan Sungai Musi dan Sungai Ogan, sampai ke pesisir di sebelah timur.

Di masa sekarang, letak Kerajaan Sriwijaya ada di Palembang, Sumatera Selatan. Nah, posisi kerajaan yang berada di pesisir ini membuatnya strategis dalam melaksanakan aktivitas maritim.

Wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-8, membentang dari Sumatera, Jawa Tengah, hingga Semenanjung Malaya. Panah merah menunjukkan rangkaian ekspedisi dan penaklukan Sriwijaya.

Sebagai salah satu kerajaan maritim Hindu-Buddha, kerajaan Sriwijaya berfokus pada kegiatan pelayaran dan perdagangan laut. Salah satu produk yang menjadi daya tarik kerajaan ini adalah emas dan kapur barus. Lokasi kerajaan Sriwijaya yang strategis ini membuat pelabuhannya ramai didatangi pelanggan dari India dan dari Tiongkok.

Meskipun sempat memegang julukan sebagai salah satu kerajaan maritim Hindu-Buddha terbesar di Indonesia, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:

  1. Serangan Kerajaan Chola dari India pada 1025 yang ingin merebut jalur perdagangan Selat Malaka
  2. Kerajaan-kerajaan yang sudah ditaklukan di Semenanjung Malaya mulai melepaskan diri, sehingga Kerajaan Sriwijaya tidak lagi menguasai jalur utama perdagangan maritim
  3. Serangan Majapahit ke Sumatera 1377

3. Kerajaan Singasari

Singasari merupakan kerajaan bercorak Hindu yang didirikan oleh Ken Arok dan terletak di Malang, Jawa Timur. Kerajaan Singasari mengalami masa kejayaan ketika dipimpin oleh Raja Kertanegara. Pada saat itu, sektor perdagangan dan pelayaran Singasari berkembang sangat pesat.

Singasari melakukan ekspansif dengan politiknya dan memiliki armada laut yang kuat. Komoditas yang diperdagangkan adalah rempah-rempah, kayu cendana, beras, dan emas. Namun, pada 1292 terjadi pembunuhan Kertanegara dalam Pemberontakan Jayakatwang yang mengakibatkan Kerajaan Singasari runtuh.

4. Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai berdiri di dekat Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Namun, enggak banyak peninggalan sejarah yang menceritakan kehidupan kerajaan Hindu satu ini. Peninggalan sejarah Kerajaan Kutai, yaitu 7 prasasti Yupa yang ditemui di Muara Kaman. Prasasti-prasasti tersebut ditulis dengan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.

Diyakini prasasti tersebut mengisahkan tentang raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Kutai, beberapa di antaranya adalah Raja Kudungga, Raja Aswawarman, dan Raja Mulawarman. Kerajaan Kutai dipercaya sebagai kerajaan Hindu tertua di Indonesia.

Pada masa Raja Mulawarman, kerajaan Kutai mencapai puncak keemasan dan diperkirakan menjadi tempat singgah jalur perdagangan internasional yang menghubungkan Selat Makassar, Filipina, dan China. Oleh karena itu, salah satu sumber perekonomian Kerajaan Kutai berasal dari kegiatan perdagangan. Salah satu buktinya adalah ditemukan barang-barang keramik, arca dewa Trimurti, dan arca Ganesha.

5. Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno yang bercorak Buddha ini memiliki Ibu kota bernama Medang Kamulan yang terletak di Jawa Tengah. Kerajaan ini dialiri Sungai Progo, Sungai Bogowonto, dan Sungai Bengawan Solo.

Di dalam kerajaan ini, terjadi aktivitas perdagangan dan pertanian yang menjadi sumber pendapatan mereka. Selain itu, kerajaan Mataram Kuno juga terletak pada rute perdagangan antar pulau Maluku dan Selat Malaka. Hal ini yang menjadikan Kerajaan Mataram Kuno salah satu kerajaan maritim Hindu Buddha terbesar di Indonesia.

Raja Kerajaan Mataram Kuno pertama, yaitu Sanjaya merupakan pendiri Wangsa Sanjaya yang menganut memiliki kepercayaan Hindu. Setelah Raja Sanjaya wafat, kerajaan Mataram Kuno dilanjutkan oleh Rakai Panangkaran yang kemudian berpindah agama Budha beraliran Mahayana. Rakai Panangkaran menandai awal berkuasanya Wangsa Sailendra yang mengawali pembangunan Candi Borobudur.

Pada saat Wangsa Syailendra berkuasa, agama Hindu dan Buddha dapat berkembang bersama di Kerajaan Mataram Kuno. Sayangnya, akibat letaknya di sekitar gunung merapi, kerajaan Mataram Kuno mengalami kemunduran. Hal ini karena pada saat itu gunung merapi dikabarkan akan meletus, sehingga menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus pindah ke Jawa Timur.

6. Kerajaan Medang Kamulan

Kerajaan Medang Kamulan adalah kelanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno yang dipindahkan oleh Mpu Sindok ke daerah Jombang, Jawa Timur. Faktor yang memengaruhi perpindahan ini adalah adanya tekanan dari Kerajaan Sriwijaya di Sumatera dan faktor bencana alam. Selama Mpu Sindok memerintah, ia dibantu oleh permaisurinya, Sri Wardhani.

Mpu Sindok dengan Sri Wardhani berusaha membuat rakyat Kerajaan Medang untuk hidup sejahtera dan makmur. Mpu Sindok bahkan membangun bendungan dan tanggul agar dapat mendukung pertanian di Medang Kamulan.

Setelah Mpu Sindok meninggal dunia, kekuasaan Medang Kamulan berpindah ke Raja Dharmawangsa. Pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa, Medang Kamulan menjalin persahabatan dengan berbagai kerajaan di nusantara, salah satunya Kerajaan Bali.

Kerajaan Medang Kamulan runtuh ketika pesta pernikahan putri Raja Dharmawangsa dengan Airlangga. Pada saat itu, terjadi serangan mendadak dari Kerajaan Sriwijaya yang dibantu oleh Kerajaan Wurawari. Walaupun Airlangga beserta pengikut setianya berhasil selamat, serangan tersebut mengakibatkan terbunuhnya keluarga Kerajaan Medang.

7. Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang berdiri pada abad ke-12. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan ini terbentuk berawal dari keputusan Raja Airlangga yang membagi kerajaan menjadi dua bagian untuk menghindari pertikaian. Nah, kerajaan tersebut, di antaranya Kerajaan Jenggala (Kahuripan) dan Kerajaan Panjalu (Kediri). Dua kerajaan ini dibatasi oleh Gunung Kawi dan Sungai Brantas.

Pusat Kerajaan Kediri yang terletak di tepi Sungai Brantas yang merupakan jalur pelayaran yang ramai. Sumber ekonomi Kerajaan Kediri berasal dari penghasil beras, berdagang emas, perak, daging, kayu cendana, pinang, dan gerabah.

Runtuhnya Kerajaan Kediri terjadi di bawah pimpinan Raja Kertajaya yang dianggap telah melanggar agama dan memaksa Brahmanya untuk menyembahnya sebagai dewa. Kemudian kaum Brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok. Setelah Raja Kertajaya dan Kerajaan Kediri runtuh di tangan Ken Arok, Kerajaan Kediri menjadi kekuasaan Tumapel atau Kerajaan Singasari.

8. Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara dimulai ketika Maharesi Jayasingawarman datang ke Indonesia dari Salankayana, India. Kerajaan ini berada di puncak kejayaan di bawah pimpinan Purnawarman, yang merupakan raja ketiga.

Raja Purnawarman merupakan seorang penganut keyakinan Hindu. Ia membangun ibu kota kerajaan yang letaknya dekat dengan pantai. Kota tersebut diberi nama Sundapura, yang menjadi cikal-bakal kata “Sunda”.

Perekonomian di pemerintahan Purnawarman sangat maju. Hal ini dibuktikan dengan raja Purnawarman yang bersedekah 1.000 ekor sapi kepada Brahmana. Pada saat itu, mayoritas penduduk kerajaan Tarumanegara bermata pencaharian bertani. Wilayah kerajaan ini meliputi hampir seluruh Jawa Barat dan menjalin hubungan diplomatik dengan Cina.

Namun, Kerajaan Tarumanegara terjadi penurunan ketika pergantian kekuasaan. Hal ini terjadi karena adanya serangan dari kerajaan lain yaitu Kerajaan Majapahit. Pengalihan kekuasaan dari Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda di bawah kepemimpinan Raja Tarusbawa. Atas terjadinya keinginan ini, pada akhirnya kerajaan Tarumanegara terbagi menjadi Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh, dengan Sungai Citarum yang memisahkannya.

9. Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit terletak di ibu kota Trowulan, Jawa Timur. Kerajaan bercorak Hindu ini didirikan oleh Raden Wijaya, yang pada saat itu memanfaatkan kedatangan pasukan Mongol untuk mengalahkan kerajaan yang dipimpin oleh Jayakatwang. Kerajaan Majapahit memiliki salah seorang pejabat tinggi, yang bernama Gadjah Mada.

Kerajaan Majapahit dikenal sebagai salah satu kerajaan maritim terbesar di Nusantara. Majapahit memiliki armada laut dengan berbagai fungsi dan bentuk kapal, seperti kapal perang, kapal dagang, kapal khusus yang hanya digunakan kepentingan raja dan upacara keagamaan.

Kerajaan Majapahit mengalami puncak kejayaan ketika di bawah pimpinan Hayam Wuruk. Pada masa ini juga terjadi perkembangan pesat dalam kesusastraan. Beberapa di antaranya adalah Kitab Negarakertagama yang dibuat oleh Mpu Prapanca. Kitab tersebut berisi sejarah singkat berdirinya kerajaan Majapahit dan Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular yang berisi puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan kerajaan Majapahit.

Kehancuran yang dialami oleh kerajaan Majapahit terjadi ketika Hayam Wuruk wafat. Selain itu, terdapat faktor-faktor lain, seperti perebutan tahta di kerajaan, dan berdirinya kerajaan Islam di Demak, yang didirikan oleh Raden Fatah, anak dari Brawijaya V, yang merupakan raja terakhir Majapahit.

10. Kerajaan Kanjuruhan

Kerajaan Kanjuruhan adalah kerajaan bercorak Hindu yang ada di Desa Kejuron, dekat Kota Malang saat ini. Wilayah kekuasaannya meliputi daerah Malang, lereng timur dan barat Gunung Kawi, dan utara hingga pesisir Laut Jawa. Kerajaan Kanjuruhan diyakini sebagai kerajaan pertama di Jawa Timur.

Ahli menduga Kerajaan Kanjuruhan erat hubungannya dengan Kerajaan Kalingga (Holing) di Jawa Tengah. Munculnya kerajaan ini, diketahui dari Prasasti Dinoyo sekitar 760 masehi.

Dalam Prasasti tersebut, diceritakan Kerajaan Kanjuruhan diperintah oleh Raja Dewashimha. Setelah meninggal, tahta dilanjutkan oleh putranya, Limwa, yang dikenal sebagai Gajayana. Raja Gajayana menganut agama Siwa, ia memerintah dengan adil dan dicintai oleh rakyatnya.

Di bawah kekuasaannya juga, Kerajaan Kanjuruhan mencapai puncak keemasan. Khususnya dalam bidang pemerintahan, ekonomi, sosial, hingga seni budaya. Setelah Gajayana mangkat, kekuasaan jatuh ke tangan putrinya, Uttejana yang menikah dengan Pangeran Jananiya dari Paradeh.

Namun, keberadaan Kerajaan Kanjuruhan tidak bisa bertahan lama. Pada awal abad ke-10, ketika Rakai Watukura dari Kerajaan Mataram Kuno berkuasa, Kerajaan Kanjuruhan berhasil ditaklukkan. Para penguasa Kerajaan Kanjuruhan pun harus menjadi raja bawahan dengan gelar Rakyan Kanuruhan.

11. Kerajaan Sri Bangun

Kerajaan Sri Bangun adalah salah satu kerajaan bercorak Buddha yang berada di Kota Bangun, Kalimantan Utara, tepatnya sekitar 88 km dari Tenggarong, Ibu Kota Kabupaten Kutai Kartanegara.

Kerajaan Sri Bangun diperkirakan merupakan bawahan dari Kerajaan Martadipura yang bercorak Hindu. Namun, kerajaan ini malah menunjukkan corak kerajaan Buddha karena ditemukannya beberapa peninggalan, seperti Arca Buddha Pengembara dari perunggu, Patung Singa Noleh, dan Patung Lembu Nandi.

Tahun berdirinya kerajaan ini belum diketahui secara pasti. Raja Qeva merupakan raja yang paling terkenal dari sejarah pemerintahan raja-raja di Kerajaan Sri Bangun.

12. Kerajaan Bali Dwipa

Keberadaan kerajaan-kerajaan di Bali sudah dimulai sejak abad ke-10 Masehi hingga awal abad ke-20 Masehi. Kerajaan-kerajaan ini menonjolkan eksistensi budaya, sejarah, seni, dan penghormatan kepada dewa karena masyarakat Bali umumnya menganut ajaran Hindu.

Kerajaan Bali berada tepat di sisi timur Pulau Jawa. Oleh sebab itu, tidak heran jika kerajaan ini sangat dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa, seperti Majapahit dan Medang Kamulan. Mulai dari bahasa, seni, juga budaya.

Berdasarkan sumber catatan sejarah, Kerajaan Bali Dwipa pernah dipimpin oleh beberapa raja. Sri Kesari Warmadewa merupakan pendiri sekaligus raja pertama di Kerajaan Bali Dwipa. Era pemerintahannya sekitar tahun 914 Masehi.

Kemudian, sepeninggal Warmadewa, kerajaan ini dipimpin oleh Sri Ugrasena. Pada masanya, kehidupan masyarakat Bali mulai berubah menjadi lebih baik. Pembangunan dan prasasti semakin gencar, pemungutan pajak juga mulai diterapkan.

Kerajaan Bali sempat dipimpin oleh beberapa raja, sampai pada masa kekuasaan Raja Udayana, Kerajaan Bali mencapai puncak kejayaannya. Raja Udayana memerintah cukup lama, yaitu 10 tahun sejak 1001 M-1011 M.

Raja terakhir yang memimpin adalah Bedahulu. Ia menjalankan pemerintahan didampingi dua orang patih, yaitu Kebo Iwa dan Pasung Grigis. Di tahun 1342 M, tentara Majapahit di bawah pimpinan Gajah Mada, berhasil menaklukkan Kerajaan Bali Dwipa. Setelahnya, Majapahit memberikan perintah kepada Bali untuk tunduk di bawah bendera Majapahit.

Kerajaan ini meninggalkan beberapa sumber sejarah, antara lain Pura Besakih, Pura Tirta Empul, Prasasti Blanjong, Candi Mengening, Candi Wasan, dan masih banyak lagi.

13. Kerajaan Dharmasraya

Kerajaan Dharmasraya adalah penerus Kerajaan Melayu yang pernah ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 M. Kerajaan bercorak Buddha ini berdiri sekitar tahun 1183 Masehi oleh Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa dan berlokasi di hulu Sungai Batanghari, Sumatra.

Salah satu bukti keberadaan Kerajaan Dharmasraya adalah penemuan Prasasti Grahi di selatan Thailand. Prasasti Grahi menjelaskan tentang perintah Raja Dharmasraya, Maharaja Srimat Trailokya Maulibhusana Warmadewa, terkait pembuatan arca Buddha kepada Bupati Grahi, Mahasenapati Galanai.

Kerajaan ini mengalami keruntuhan pada masa pemerintahan Raja Adityawarman pada tahun 1347 Masehi. Penyebab runtuhnya Kerajaan Dharmasraya diperkirakan karena ekspansi Kerajaan Majapahit. Selain Prasasti Grahi, peninggalan Kerajaan Dharmasraya, yakni ada Prasasti Padang Roco, Prasasti Suruaso, dan Prasasti Kuburajo.

Itulah 13 kerajaan maritim Hindu-Buddha di Nusantara. Semoga informasi ini bermanfaat yaa.

Author: Gerai Kendhil

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *