Mengenal Ukiran Toraja: Sejarah, Makna, dan Motif

24 Sep 2023 4 min read No comments Culture
Featured image

Ukiran Toraja adalah seni ukir kayu yang berasa dari Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan.

Ukiran Toraja atau Passura’ Toraya biasanya memadati dinding rumat adat.

Suku Toraja menyebut bangunan adatnya sebagai banua passuraq yang artinya sama dengan gedung arsip.

Hal tersebut tidak lain karena bangunan memuat teks gambar yang berderet memanjang dan penuh arti.

Passurra’ atau passuraq berasal dari kata suraq yang artinya sama dengan surat. Dalam hal ini yang dimaksud dengan surat adalah berita, gambar, dan tulisan.

Ukiran Toraja

Sejarah Ukiran Toraja

Ukiran Toraja lahir sejalan dan perkembangan dan peradaban budaya, khususnya suku Toraja yang mendiami Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara.

Pada awalnya ukiran Toraja dipakai di bagian luar rumah, alang (bangunan yang terpisah dari rumah Tongkanan), erong atau peti jenazah, dan kain-kain atau Maa’ Sarita (kerajinan tangan Toraja), kandaure, dan atribut yang digunakan untuk ritual adat.

Pengerjaan ukiran dan pewarnaan dahulu dilakukan sebelum bangunan dipasang, namun dalam perkembangannya ukiran dan pewarnaan dapat dilakukan setelah konstruksi bangunan selesai.

Motif ukiran tidak pernah berubah sejak awal ditemukan termasuk warna-warna yang digunakan tetap sama, yaitu kuning, putih, merah, dan hitam yang masing-masing memiliki makna spiritual.

Makna Ukiran Toraja

Warna ukiran Toraja mengandung sejumlah makna.

Warna putih berarti menandakan arah mata angin “utara”, sebagai simbol kebesaran dan tempat bertahta Puang Matua (Tuhan)

Warna kuning berarti matahari terbit sehingga menandakan arah mata angin “timur”.

Warna kuning sebagai simbol kehidupan dan penghormatan kepada dewa-dewa (khususnya dalam kepercayaan agama asli orang Toraja).

Warna merah menandakan warna matahari saat tenggelam yang menjadi tanda arah mata angin “barat”, yang juga sebagai simbol keberanian dan kematian.

Warna hitam berarti arah mata angin “selatan”, sebagai simbol awal sebelum diciptakannya terang dan bersemanyamnya arwah orang yang telah meninggal dunia.

Nama Motif Ukiran Toraja

Ada sejumlah motif ukiran Toraja dengan makna yang berbeda satu dengan lainnya.

  • Pa’Pollo’ Gayang

Motif ukiran Pa’Pollo’ Gayang termasuk dalam kelompok Passura’ Pa’Barean, yaitu kelompok motif yang melambangkan kegembiraan dan kesenangan suku Toraja.

Makna motif ukiran Pa’Pollo’ Gayang, yaitu orang Toraja merasa damai dalam kehidupan dan mudah mencari nafkah.

Motif tersebut juga melambangkan wanita yang mulia, bangsawan, kaya, dan bijak.

Letak motif ukiran Pa’Pollo’ Gayang biasanya dilukiskan di dinding pinggir, tengah, dan bagian muka.

Pa’Pollo Gayang berasa dari kata Pollo pantat/buntut dan Gayang artinya keris emas. Pa’Pollo Gatang berarti ukiran yang diciptakan seperti gayang.

Gayang biasanya digunakan dalam ritual kematian Rambu Solo seorang bangsawan pada upacara kematian tertinggi.

Gayang merupakan harga peninggalan benda termahal yang dianggap mulia dan harganya mencapai 16 ekor kerbau.

  • Pa’Suletang

Motif ukiran Pa’Suletang merupakan jenis ukiran yang termasuk kelompok Passura’ To Dolo.

Passura’ To Dolo adalam kelompok motif utama dalam ukiran Toraja dan merupakan ukiran tua. Motif ukiran tersebut sebagai lambang persembahan kepada leluhur.

Makna motif ukiran Pa’Suletang adalah untuk memperhatikan dan menghargai orang yang mati. Dimana kelak pada kemudian hari, mereka dapat memberkati orang yang masih hidup.

Letak motif ukiran  Pa’Suletang pada erong dengan ukiran dibundarkan yang kemudian dikaitkan dengan lainnya sehingga bernama suletang.

  • Pa’ Lamban Lalan

Makna motif ukiran Pa’ Lamban adalah jangan mencampuri urusan orang lain jika tidak dibutuhkan atau tidak ada sangkut pautnya dengan diri sendiri.

Motif ukiran tersebut juga mengingatkan kepada anak cucu untuk mencapai tujuan harus waspada terhadap tantangan dan segala cobaan.

Makna lainnya adalah mengingatkan kepada anak cucu untuk jangan mencelakai diri sendiri.

Letak motif ukiran Pa’ Lamban Lalan di dinding rumah.

Nama Pa’ Lamban Lalan berasal dari kata “Lamban” yang berarti menyeberangi dan “Lalan” yang berarti jalanan.

Ukiran tersebut mirip dengan jenis rumput yang bercabang, seperti ubi jalar dan biasa tumbuh di pinggir-pinggir jalan.

  • Pa’Sala’bi’ Di To’Mokki

Motif ukiran Pa’Sala’bi’ Di To’Mokki termasuk kelompok Passura’ Pa’Barean atau kelompok motif utama dalam ukiran Toraja yang melambangkan kesenangan maupun kegembiraan suku Toraja.

Arti Pa’Sala’bi’ Di To’Mokki supaya anak cucu terhindar dari segala wabah penyakit dan marabahaya.

Letak motif ukiran Pa’Sala’bi’ Di To’Mokki pada dinding rumah dan lumbung.

Di To’Mokki artinya dipahat atau ditekan menggunakan ujung jari.

Pa’Sala’bi’ Di To’Mokki biasanya diletakkan di dinding rumah adat yang berguna untuk menangkal hal-hal yang tergolong tidak baik.

Motif ukiran tersebut yang letakkan di Tongkonan dapat berfungsi sebagai penolak bala.

Bagi orang yang berniat jahat terhadap salah satu rumpun tongkanan, begitu masuk rumah biasanya akan luluh atau tidak terjadi apa-apa.

Untuk itu biasanya masalah diselesaikan di Tongkanan, siapapun yang berniat jahat biasanya akan luluh.

  • Pa’Don Lambiri

Pa’Don Lambiri termasuk kelompok jenis ukiran Passura’ To Dolo, yaitu motif utama pada Ukiran Toraja yang merupakan ukiran tua sebagai lambang tata cara persembahan kepada leluhur.

Makna motif Pa’Don Lambiri adalah orang-orang tua yang berharap agar turunannya kelak mempunyai sawah yang berpetak-etak seperti bentuk pohon Lambiri. Selain itu para turunannya dijauhkan dari gangguan penyakit.

Letak Ukiran Pa’Don Lambiri di dinding.

Nama Pa’Don Lambiri berasal dari kata “Don” yang berarti daun dan “Lambiri” yang berarti sejenis pohon enau.

  • Pa’Tedong

Pa’Tedong merupakan motif ukiran yang termasuk kelompok Garonto’ Passura, yaitu motif utama dalam Ukiran Toraja yang berisi dasar lambang kearifan hidup suku Toraja.

Makna motif Pa’Tedong melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat Toraja.

Letak ukiran Pa’Tedong di indo’ para (papan besar teratas) dan dinding-dinding penyanggah badan rumah dan lumbung padi.

Motif Pa’Tedong berasal dari kata “Tedong” yang dalam bahasa Toraja berarti kerbau.

Sumber:

warisanbudaya.kemdikbud.go.id

kikomunal-indonesia.dgip.go.id

Author: Gerai Kendhil

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *