Bahlil Kaji Ulang Ekspor Listrik EBT, Begini Respons Anak Buah Luhut
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menanggapi komentar pedas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia terkait rencana ekspor listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT).
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Rachmat Kaimuddin mengatakan, kementerian yang dipimpin Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan itu akan berkomunikasi lebih lanjut dan mengikuti kebijakan Kementerian ESDM terkait ekspor listrik rendah emisi tersebut.
“Nanti kita omongin soal itu ya, kita ikut Kementerian ESDM,” kata Rachmat usai agenda Rapat Kerja Tim Nasional P3DN di Jakarta, Selasa (8/10/2024).
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil memberikan sinyal tak setuju untuk melanjutkan ekspor listrik hijau yang selama ini digagas oleh Kemenko Marves. Salah satu proyek yang telah disepakati yaitu ekspor listrik ke Singapura.
Bahlil menilai rencana ekspor listrik EBT harus dilakukan dengan kehati-hatian dan mendahulukan kebutuhan nasional. Ekspor listrik hijau justru membuat nilai daya saing dan keunggulan komparatif EBT diberikan ke negara lain, sementara Indonesia belum cukup memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Kalau di Republik [Indonesia] belum cukup atau belum paten, ya kenapa harus kita kirim ke luar? Jadi jangan kita ini jadi follower orang gitu. Kita harus jadi lokomotif Asean, bukan follower Asean,” jelasnya dalam Green Initiative Conference 2024, beberapa waktu lalu.
Secara tidak langsung, dia menyinggung kerja sama ekspor listrik hijau yang baru-baru ini dilakukan Indonesia dan Singapura dengan syarat pembangunan industri solar panel di Indonesia.
Kendati demikian, Bahlil tak mempermasalahkan ekspor listrik jika dilakukan dengan pertimbangan yang baik, serta mendahulukan kepentingan nasional. Untuk itu pihaknya akan mengkaji ulang rencana ekspor listrik EBT tersebut.
“Kita kasih ke orang di saat negara kita belum cukup dan orang membangun industrinya setelah itu CO2-nya dikirim ke Indonesia, mau jadi apa bangsa kita?” tuturnya.
Sebelumnya, Kemenko Marves mendorong ekspor listrik hijau ke Singapura dengan syarat pembangunan industri tenaga surya dan rantai pasoknya di Indonesia. Kesepakatan RI-Singapura juga telah diteken bersama Menteri Perdagangan Singapura melalui agenda International Sustainability Forum (ISF) pada September 2024.
Melalui agenda tersebut, RI dan Singapura memiliki kesepakatan kerja sama ekspor listrik hijau dan pengembangan industri panel surya dengan Singapura mencapai US$20 miliar atau setara dengan Rp308 triliun (asumsi kurs Rp15.423).
Otoritas Singapura melalui Energy Market Authority (EMA) juga telah memberikan persetujuan bersyarat kepada dua perusahaan Singapura, Total Energies & RGE dan Shell Vena Energy Consorsium, untuk impor listrik rendah karbon dari Indonesia.
Singapura juga telah memberikan izin impor listrik dari Indonesia kepada lima perusahaan, yaitu Pacific Metcoal Solar Energy, Adaro Solar International, EDP Renewables APAC, Venda RE, dan Kepel Energy. EMA menerbitkan lisensi bersyarat kepada kelima perusahaan tersebut sebagai pengakuan bahwa proyek-proyek ini berada dalam tahap pengembangan lanjutan.
sumber: bisnis.com