Culture & Art

Mengenal 3 Rumah Adat di Sulawesi Tengah, Mulai dari Souraja hingga Tambi

Sulawesi Tengah memiliki beraneka ragam budaya dan kearifan lokal, seperi Rumah Adat Tradisional.

Sama seperti daerah-daerah lain di Indonesia, Sulawesi Tengah juga mempunyai beberapa Rumah Adat Tradisional.

Berikut TribunPalu.com informasikan 3 Rumah Adat Tradisional di Sulawesi Tengah.

1. Rumah Adat Souraja

Rumah Souraja merupakan salah satu warisan budaya Rumah Adat Tradisional Suku Kaili Sulawesi Tengah. Rumah Souraja adalah rumah panggung seluas 368 meter persegi yang konstruksinya terbuat dari kayu.

Rumah Souraja disebut juga dengan Banua Oge atau Banua Mbaso dan didirikan oleh Raja Palu Jodjokodi sekitar tahun 1892.Rumah Adat Souraja© Disediakan oleh TribunPalu.com

Rumah Souraja dibangun sebagai tempat tinggal Raja dan keluarganya, juga sebagai pusat pemerintahan dan juga musyawarah adat Suku Kaili, sehingga tidak bisa dihuni oleh sembarang orang.

Rumah Souraja Suku Kaili dibangun dengan pengaruh arsitektur bugis dengan atap berbentuk seperti piramida segitiga.

Dilansir dari Wisata Sulawesi Tengah, atapnya dihiasi dengan papan kayu berukiran (panapiri) dan juga mahkota (bangko-bangko) yang juga diukir dengan ukiran khas Suku Kaili.

Lantainya terbuat dari papan yang dilapisi dengan tikar. Pada bagian depan terdapat dua buah tangga dibagian kanan dan kiri yang menghubungkan tanah dengan selasar rumah.

Anak tangga rumah Souraja selalu berjumlah ganjil, biasanya berjumlah Sembilan buah.

2. Rumah Adat Lobo

Rumah adat Lobo adalah Rumah Adat Tradisional yang digunakan oleh masyarakat Kulawi, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

Rumah adat ini memiliki bentuk yang sederhana dan terbuat dari bahan-bahan alami seperti kayu dan daun ijuk.

Rumah adat Lobo Kulawi masih digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut hingga saat ini.Rumah Adat Lobo© Disediakan oleh TribunPalu.com

Rumah ini pada umumnya berukuran 5×4 meter.

Desain pada rumahnya ini sangat sederhana dengan dinding setinggi satu meter, dan selebihnya terbuka.

Rumah adat Lobo biasanya difungsikan untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Seperti pertemuan para pemuka adat, upacara adat, dan sidang adat.

Rumah ini juga boleh digunakan para pendatang dari desa lain, sebagai tempat persinggahan.

Saat ini, rumah adat Lobo masih berdiri di beberapa desa di wilayah Pipikoro, Gimpu, dan Lindu.

3. Rumah Adat Tambi

Rumah adat Tambi adalah tempat tinggal bagi Suku Lore di Lembah Bada. Suku Lore merupakan kelompok masyarakat asli yang tinggal di Sulawesi Tengah.

Hasil budaya Suku Lore yang khas salah satunya adalah Rumah Adat Tradisional mereka yang masih terjaga hingga kini.Rumah Adat Tambi© Disediakan oleh TribunPalu.com

Bentuk atap yang unik menjadi ciri khas dari rumah adat Tembi dengan segala fungsinya.

Rumah adat Tambi merupakan rumah panggung pendek dengan bentuk atap yang khas dan terbuat dari kayu. Zohra Mahmud dkk dalam buku Arsitektur Tradisional Daerah Sulawesi Tengah (1986), menjelaskan bahwa rumah Tambi berbentuk segi empat dengan atap khas berbentuk piramida. Bagian bubungan rumah adat ini akan membedakan status sosial penghuninya.

Bubungan untuk para raja atau Tuana Mahile memiliki simbol kepala kerbau di bagian depan dan belakangnya. Hal ini tidak akan didapati pada rumah rakyat atau warga biasa. Ruang di dalam Tambi berbentuk segi empat tanpa sekat disebut dengan lobona.

Sekeliling lobona di sepanjang dinding terdapat asari yang bisa digunakan untuk tidur atau penyimpanan. Pada bagian tengahnya, terdapat dapur atau rapu berukuran 1×1,5 meter yang dilengkapi dengan tungku untuk memasak sekaligus penerangan.

Di sekeliling Tambi dibuat para-para berbentuk balai-balai memanjang. Para-para digunakan untuk menyimpan barang berharga atau benda pusaka.

Rumah adat Tambi berfungsi sebagai rumah tinggal yang dihuni oleh satu keluarga.(*)

sumber: tribunpalu.com

Author: greengorga

Leave a Reply