Mengenal Bika Ambon, Oleh-oleh Khas Medan yang Sering Dikira dari Ambon

5 Dec 2022 2 min read No comments Oleh-oleh
Featured image

Banyak orang mengira bahwa Bika Ambon merupakan kue yang berasal dari Ambon Maluku karena ada nama Ambon di dalamnya. Padahal, Bika Ambon merupakan makanan khas Medan, Sumatera Utara yang sering menjadi oleh-oleh.

foto

Bika Ambon merupakan kue basah yang terkenal dengan warna kuning dan berongga di dalamnya. Kue ini juga memiliki rasa dan aroma yang khas sehingga membuat orang ketagihan untuk memakannya. Berikut beberapa informasi dan sejarah terkait Bika Ambon:

Sejarah di balik Bika Ambon

Banyak sejarah dibalik kue tradisonal satu ini. Diantaranya tentang asal muasal adanya nama Ambon, padahal kue ini adalah jajanan khas Medan.

Sebagian masyarakat mempercayai bahwa dahulu ada sebuah kawasan bernama Amplas yang wilayahnya terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian barat dan timur sungai. Pada bagian timur disebut ‘Kebon’ karena memang banyak kebunnya. Kemudian kue Bika diperkenalkan oleh pendatang Jawa yang memasarkannya di Medan.

Kemudian banyak orang Belanda yang menyukai kue ini. Hingga akhirnya, seorang pengusaha asal Tionghoa berinisiatif untuk memasarkan bikakak yang diproduksi saat itu. Nama ‘Ambon’ sendiri diambil dari gabungan nama ‘Amplas-Kebon’, sehingga kue itu dikenal dengan nama Bika Ambon.

Cerita lain menyebutkan bahwa nama Ambon bukan berdasarkan tempat pembuatan kue tersebut, melainkan bahasa. Dalam bahasa Medan, kata Ambon merupakan ungkapan yang artinya empuk tergantung tekstur kuenya. Hingga saat ini, belum ada yang benar-benar mengetahui pasti cerita mana yang jadi asal muasal Bika Ambon.

Proses pembuatannya memakan waktu 12 jam

Sarang-sarang atau lubang pada kue Bika Ambon ini menandakan bahwa proses produksinya tidak mudah. Proses produksi bisa memakan waktu hingga 12 jam.

Jika dilakukan secara tradisional dan hasil yang maksimal, maka terdapat beberapa aturan khusus saat membuat Bika Ambon. Diantaranya telurnya harus segar, yaitu baru ditetaskan sehari sebelum digunakan. Air kelapa yang digunakan harus dibuat dari air kelapa yang tumbuh di pantai. Hal ini dilakukan agar hasil Bika Ambon mengembang sempurna dan tidak bantat.

Bahan bakunya sangat sederhana

Meski proses pembuatan Bika Ambon terbilang rumit dan panjang, namun bahan baku yang digunakan untuk membuat Bika Ambon sebenarnya sangat sederhana dan mudah didapat. Bahan yang dibutuhkan hanya tepung sagu, tepung terigu, air kelapa, ragi, santan, telur, gula pasir dan vanili. Jika ingin rasa yang berbeda, bisa ditambahkan ekstrak perasa di dalamnya.

Bika Ambon dibuat dengan cara merebus santan dengan jeruk nipis dan daun pandan. Setelah santan dingin, masukkan bahan-bahan seperti telur, tepung terigu, gula dan jus satu per satu. Bahan tersebut diaduk hingga merata, lalu didiamkan beberapa jam hingga mengendap. Setelah itu masukkan adonan ke dalam oven dengan api sedang dan tunggu hingga kue matang.

Bika Ambon dapat bertahan 3-4 hari

Jika ingin membuat atau membeli Bika Ambon sebagai oleh-oleh, perlu diketahui bahwa Bika Ambon hanya bertahan selama 3-4 hari karena tidak menggunakan bahan pengawet. Jika menggunakan bahan pengawet, tekstur kue tidak akan lembek dan mudah mengeras. Karena itu, Bika Ambon tergolong kue tradisional yang cukup sulit ditemukan karena cepat habis dan tidak dibuat dalam jumlah banyak.

Varian rasa Bika Ambon yang semakin berkembang

Sekarang varian rasa Bika Ambon semakin berkembang. Selain Bika Ambon dengan warna kuning yang mengeluarkan aroma kelapa yang kuat, kini terdapat pula Bika Ambon dengan rasa yang lebih variatif, seperti nangka, durian, keju cokelat, pandan dan moka.

Oleh-oleh wajib berkunjung saat berkunjung ke Medan

Saat berkunjung ke Medan, Bika Ambon merupakan oleh-oleh yang tak boleh lupa untuk dibawa pulang. Selain rasanya yang enak, Bika Ambon merupakan kue yang cukup tahan lama.

Bika Ambon dapat bertahan selama 3-4 hari meskipun bebas bahan pengawet. Kue ini memiliki tekstur yang lembut, sedikit kenyal dan sangat cocok untuk teh atau kopi pagi. Sebuah kotak biasanya berharga Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu tergantung varian rasa selera dan ukurannya.

 

 

sumber: tempo.co

Author: Bang Ido

I like travel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *