Menyantap Makanan Sagu di Lingga, Kuliner Khas yang Mulai Hilang

24 Jan 2023 2 min read No comments Kuliner

Kabupaten Lingga Kepulauan Riau memiliki makanan khas Melayu yang terbuat dari bahan utama sagu. Konon makanan ini sudah ada sejak zaman kerajaan Riau-Lingga (Melayu).

Berburu makanan sagu di Lingga bisa menjadi pilihan ketika berlibur ke daerah yang dikenal dengan julukan ‘Bunda tanah melayu’. Kabupaten Lingga memang daerah di Kepri yang memiliki perusahaan produksi dan pengolahan sagu.

Namun tidak semua tempat makan di Lingga yang menyediakan menu makanan sagu. Bahkan disebutkan makanan sagu di Lingga sudah mulai hilang.

Salah satu kawasan yang masih melestarikan kuliner satu ini, yaitu di kawasan destinasi wisata Taman Tanjung Buton. Destinasi ini menawarkan pemandangan laut dan Gunung Daik Lingga yang menawan. Pemandangan itu semakin indah ketika pengunjung sambil menyantap makanan sagu.

Macam-macam makanan sagu di Lingga

Jangan lupa mencoba makanan sagu saat singgah ke Lingga. Sebab, makanan satu ini jarang dijumpai di daerah lain.

Menyantap Makanan Sagu di Lingga, Kuliner Khas yang Mulai Hilang© Disediakan oleh Tempo.coKawasan Tanjung Buton Lingga yang menjadi lokasi tempat warga menjual makanan sagu. Tempo/ Yogi Eka Sahputra

Di kawasan ini terdapat dua menu makanan sagu, yaitu gubal sagu dan lempeng sagu. Satu porsi makanan sagu ini dibandrol dengan harga Rp 20 ribu. Sebenarnya ada dua lagi makanan dari sagu di Lingga ini, yaitu bubur lambok dan kepurun.

Kedua makanan ini memiliki perbedaan dibentuknya. Gubal sagu dibentuk menyerupai nasi putih biasa. Sedangkan lempeng sagu dibuat berbentuk seperti roti pizza.

“Kalau bahan dasarnya sama, sagu basah dan kelapa,” kata Ayu, salah seorang pedagang lempeng Sagu, Desember lalu.

Menyantap gubal sagu lebih terasa semakin nikmat ketika dicapur gulai kari ikan yang sudah disiapkan. Ikan yang dimasak merupakan ikan pari dan ikan tamban.

Sagu ini rasanya tidak terlalu manis. Selain itu, sagu membuat perut cepat kenyang.

“Sagu kami beli disini (Lingga), satu kilogram sagu disini Rp 5.000,” kata Ayu.

Diburu turis Malaysia

Tidak hanya dinikmati wisatawan lokal dan masyarakat sekitar, makanan sagu di Tanjung Buton ini menjadi tujuan turis dari Malaysia. Ayu mengatakan wisatawan Malaysia kalau ke Tanjung Buton sudah pasti memesan makanan sagu.

“Sebenarnya makanan orang sini (Melayu),” kata Ayu.

Bobi Bani, salah seorang pengunjug taman Tanjung Buton yang juga menikmati makanan sagu mengaku penasaran dengan makanan satu ini. Akhirnya dirinya mencoba menyantap makanan khas Melayu itu.

“Saya makan gubal sagu, rasanya enak, apalagi dicampur gulai kari ikan,” kata Bobi.

Menurut laman Kemendikbud, Kabupaten Lingga memiliki potensi tanaman sagu seluas sekitar 2.700 hektare. Tanaman yang tumbuh secara alami sejak zaman kerajaan Riau Lingga itu, tersebar di 12 desa dengan jumlah tempat pengolahan sekitar 140 unit. Jumlah produksi sagu Lingga saat ini sekitar 7.898 ton per tahun. Sistem pengolahannya masih sangat tradisional sehingga mutu, kualitas dan kuantitas produksinya masih kurang maksimal.

sumber: tempo.co

Author: Gerai Kendhil

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *