Pertambangan

PTBA Optimis Batu Bara Berjaya Saat Trump Jadi Presiden AS

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) optimistis prospek industri batu bara akan positif ke depannya, terutama seiring kembali terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).

Corporate Secretary PTBA Niko Chandra mengatakan, kondisi geopolitik global dengan adanya Trump yang memimpin negara adidaya akan memberikan harapan bagi sektor energi fosil, termasuk batu bara, seperti pada kepemimpinan dia sebelumnya.

“Di tantaran global sebetulnya dengan kebijakan kalau kita lihat Trump yang terpilih itu, ya sama yang kayak periode sebelumnya gitu, bakal agak relatif berjaya industri perbatubaran,” ujarnya dalam media gathering di Bogor, ditulis pada Sabtu (30/11/2024).

Adapun kebijakan Trump memang cenderung pro terhadap energi fosil. Hal ini tercermin dari nama-nama yang ada dalam kabinet Trump, seperti Chris Wright dan Doug Burgum yang mendukung penggunaan energi fosil.

Chris Wright yang merupakan pendiri dan CEO Liberty Energy, perusahaan jasa energi, ditunjuk Trump menjadi Menteri Energi. Wright yang memiliki perusahaan fosil skeptis terhadap urgensi transisi energi.

Sedangkan, Doug Burgum, sebelumnya merupakan Gubernur negara bagian North Dakota yang berhasil menjadikan wilayahnya sebagai produsen minyak mentah terbesar ketiga di AS, ditunjuk Trump menjadi Menteri Dalam Negeri.

“Yang pasti dengan kondisi ke depan yang masih positif, apalagi secara kondisi geopolitik pas terpilihnya Trump, tampaknya ada secercah harapan untuk industri batubara, bahasanya kalau dulu itu memanas, gitu ya,” kata Niko.

Ia menuturkan, PTBA pun optimistis terhadap prospek harga batu bara di 2025.

Menurutnya, permintaan domestik masih akan menjadi faktor utama yang mendorong pertumbuhan industri ini, terutama dengan meningkatnya kebutuhan energi seiring pulihnya ekonomi usai pandemi Covid-19.

Di sisi lain, kinerja perusahaan juga akan diperkuat dengan PTBA berfokus memperluas pasar ekspor ke negara-negara dengan pertumbuhan permintaan batu bara yang tinggi, seperti Vietnam dan Filipina.

“Jadi kalau di beberapa negara baru seperti Vietnam, Filipina, sebagainya memang kita fokus ke sana, selain market-market yang sekarang sudah kita punya, existing market di sana juga tetap kita pertahankan,” jelasnya.

sumber: kompas.com

Author: F Nababan

Leave a Reply