Relief Bebitra: Situs Sejarah Tersembunyi di Gianyar, Bali

21 Aug 2023 3 min read No comments Culture
Featured image

Kabupaten Gianyar, Bali, kerap kali dijuluki sebagai “Kota Seni” dikarenakan banyaknya UMKM dan potensi industri kerajinan yang ada di Gianyar. Masing-masing daerah di kabupaten ini memiliki potensi pengembangan kesenian dan kebudayaan, salah satunya di Kelurahan Bitera. Jarak Kelurahan Bitera dengan pusat Kota Gianyar adalah 1 Km. Dengan jarak tempuh yang kurang lebih memakan waktu 10 menit dan berada di jalan kabupaten, menjadikan Kelurahan Bitera digolongkan sebagai wilayah yang strategis.

Salah satu objek cagar budaya yang ada dan wajib dikunjungi di Kelurahan Bitera yaitu objek budaya Relief Bebitra. Istilah relief pada dasarnya mengacu pada pahatan yang memiliki bentuk serta gambar yang berbeda di antara permukaan rata sekitarnya. Perwujudan relief sebagai sebuah karya pahat tiga dimensi yang dapat dipandang dari arah depan maupun samping menjadi peninggalan sejarah yang sering disebut sebagai lukisan timbul.

Potrait Relief Bebitra, sebagai cagar budaya tersembunyi di tengah Kota Gianyar yang kental akan unsur keagamaan

Potrait Relief Bebitra, sebagai cagar budaya tersembunyi di tengah Kota Gianyar yang kental akan unsur keagamaan© Disediakan oleh Kumparan

Jika menilik pada sejarahnya, Relief Bebitra merupakan sebuah peninggalan dari Desa Peling yang merupakan cikal bakal terbentuknya Desa Bitera. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kelian Pengempon Pura Bukit Puncak Sari Bitera, dijelaskan bahwa hal ini bermula dari kepemimpinan Mas Pahit dan patihnya yang bernama Wedang Serawah yang berasal dari Desa Peling.

Singkat cerita, terjadi pengkhianatan antara istri Mas Pahit dengan Wedang Serawah yang menyebabkan awal mula kehancuran Desa Peling. Imbas dari hal tersebut menyebabkan terbentuknya desa baru yang dipimpin oleh I Dewa Gede Kesiman. Setelah penunjukkan I Dewa Gede Kesiman sebagai pemimpin baru, terjadi suatu pertemuan yang akhirnya melahirkan sebuah nama desa baru yang disebut dengan Desa Bebitra.

Nama tersebut dipenggal menjadi dua kata yaitu bibit memiliki arti benih dan tera yang berarti mengatur atau menolong. Seiring dengan berjalannya waktu, penyebutan Desa Bebitra berubah menjadi Desa Bitera hingga saat ini. Namun, pengempon Pura Bukit Puncak Sari ini juga menambahkan bahwa belum ada bukti dan sumber konkret yang menyatakan secara jelas terkait asal usul, sejarah, serta arti yang tersirat dalam Relief Bebitra ini.

Relief Bebitra memiliki keterkaitan erat dengan Pura Bukit Puncak Sari yang terletak tidak jauh di atas lokasi relief. Relief Bebitra memiliki fungsi religi yang di mana dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai tempat penyucian atau pesiraman Ida Sesuhunan Pura Bukit Puncak Sari. Pada pelaksanaan pujawali purnama ke empat dan purnama ke sepuluh, Relief Bebitra difungsikan dalam kegiatan keagamaan, utamanya pada upacara “ngingsah” atau “nyangling”.

Air dari pancoran Relief Bebitra digunakan untuk membersihkan sarana upakara yang akan dipakai pada upacara pujawali di Pura Bukit Puncak Sari. Pada situs Relief Bebitra terdapat satu pancoran yang keluar dari mulut Garuda yang diyakini oleh masyarakat setempat sebagai sumber rejeki. Unsur keagamaannya juga nampak pada bentuk pahatan yang berupa filosofi binatang yang sangat disucikan dalam Agama Hindu, seperti Singa sebagai manifestasi penjaga di alam Dewa Wisnu, Lembu sebagai wahana atau kendaraan Dewa Siwa, sedangkan Anjing sebagai perantara orang yang telah meninggal.

Karena kental dengan unsur-unsur religi, maka kesucian dari Relief Bebitra ini sangat dijaga oleh masyarakat setempat. Terdapat beberapa pantangan yang perlu diperhatikan oleh pengunjung di antaranya, dilarang mencuci tangan pada pancoran dan tidak diperkenankan mengambil air secara sembarang tanpa proses yadnya. Hal ini menjadi catatan pula bagi wisatawan atau seseorang yang hendak mengunjungi relief ini agar senantiasa menjaga tutur kata, pikiran, dan perbuatan saat berada di situs Relief Bebitra ini. Selain itu, bagi pengunjung yang sedang datang bulan atau “leteh” juga tidak diperbolehkan untuk memasuki area relief.

Bagi readers yang ingin mengunjungi objek wisata Relief Bebitra ini, berikut adalah deskripsi lokasi yang akan mempermudah aksebilitas menuju lokasi Relief Bebitra. Objek Relief Bebitra berada di Lingkungan Roban, Kelurahan Bitera, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Dari Kota Denpasar menuju ke arah timur dengan jarak kurang lebih 25 kilometer serta jika dari pusat Kota Gianyar hanya berjarak kurang lebih 2,5 kilometer.

Apabila ingin menuju ke cagar budaya ini, pertama pengunjung harus menuju Lingkungan Roban. Pada Lingkungan Roban terdapat sebuah pasar yang bernama Pasar Desa Bitera. Dari pasar Desa Bitera, pengunjung dapat beranjak menuju ke arah selatan hingga ke lokasi Pura Bukit Pucak Sari Bitera.

Dari lokasi pura tersebut, pengunjung tidak perlu memasuki kawasan pura, namun berbelok ke arah timur melalui jalan setapak kecil yang hanya bisa dilewati oleh sepeda motor dan pejalan kaki. Pengunjung juga akan melewati area persawahan di mana sepanjang perjalanan sudah terdapat penunjuk arah ke lokasi Relief Bebitra.

sumber: kumparan

Author: Gerai Kendhil

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *