Energi,  Pertambangan

RI Punya Potensi Bahan Bakar Nuklir Ribuan Ton di Babel hingga Kalbar

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan Indonesia punya ribuan ton sumber daya terukur bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang tersebar di Bangka Belitung (Babel) hingga Kalimantan Barat (Kalbar).

Hal tersebut tercantum dalam Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 314.K/TL/01/MEM.L/2024 tentang Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN). Beleid itu mengubah RUKN 2019-2038 yang sebelumnya berlaku melalui Kepmen ESDM Nomor 143 K/20/MEM/2019.

Dalam RUKN terbaru, potensi sumber daya logam radioaktif di Indonesia berupa thorium dan uranium terungkap berdasarkan Laporan Teknis Ringkas yang diterbitkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

“Terdapat potensi sumber daya terukur thorium sekitar 4.729 ton dan uranium U308 sekitar 5.234 ton,” demikian isi RUKN terbaru, dikutip kumparan Sabtu (21/12).

Potensi tersebut tersebar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sekitar 2.840 ton uranium U308 dan sekitar 4.729 ton thorium. Sementara potensi sumber daya di Provinsi Kalimantan Barat sekitar 2.394 ton uranium U308.

Dalam RUKN terbaru itu juga disebutkan bahwa untuk diversifikasi pasokan tenaga listrik dan meningkatkan keandalan pasokan dari pembangkit baseload, PLTN pertama ditargetkan mulai commercial operation date (COD) pada tahun 2032.

Pembangunan dan pengoperasian PLTN harus memenuhi persyaratan keselamatan (safety), keamanan (security), dan garda aman (safeguards) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

“Pemilihan lokasi pembangunan PLTN di suatu wilayah dilakukan dengan pertimbangan antara lain lokasi yang aman dari ancaman bencana geologi, daerah tidak padat penduduk, dan daerah bukan lumbung pangan,” jelasnya.

Selain itu, pembangunan dan pengoperasian PLTN harus mensyaratkan jaminan pasokan bahan bakar nuklir dan pengelolaan limbah radioaktif. Untuk memastikan jaminan pasokan bahan bakar nuklir diperlukan pencadangan sumber daya bahan galian nuklir nasional, serta demi keselamatan dan keamanan pembangunan dan pengoperasian PLTN harus disetujui oleh badan pengawas tenaga nuklir.

Teknologi PLTN mencakup small modular reactor, pressurized water reactor, dan teknologi PLTN lainnya yang terus berkembang. Pembangunan dan pengoperasian PLTN berdasarkan rekomendasi dari organisasi pelaksana program energi nuklir.

Sebelumnya, Dewan Energi Nasional (DEN) membeberkan kajian rencana lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. Setidaknya ada 29 lokasi potensial, dengan 4 lokasi yang akan diprioritaskan.

Anggota DEN dari Pemangku Kepentingan Kalangan Akademisi, Agus Puji Prasetyono, mengatakan total kapasitas PLTN yang bisa dibangun di 29 lokasi tersebut mencapai 54 gigawatt (GW).

“Ada sekitar 29 lokasi potensial untuk kita bangun energi nuklir, yang semuanya itu nanti total adalah 45-54 gigawatt,” ungkapnya saat Anugerah DEN 2024, Selasa (10/12).

Agus menyebutkan, DEN menyaring dari total 29 lokasi potensial menjadi 4 lokasi prioritas untuk pembangunan PLTN, yakni salah satunya dekat sumber permintaan, misalnya kawasan industri smelter.

“Empat yang prioritas itu Kalimantan Barat, Bangka Belitung, terus kemudian Sulawesi Tenggara, satu lagi adalah Halmahera, Maluku Utara,” ungkapnya.

Berdasarkan peta jalan pengembangan pembangkit nuklir yang tercantum dalam Revisi Kebijakan Energi Nasional (KEN), pada tahun 2031-2035, PLTN pertama di Indonesia sebesar 250 MW terbangun.

Lalu pada 2036-2040 ditargetkan kapasitas PLTN naik menjadi 8 GW.

Kemudian pada tahun 2041-2050, target kapasitas PLTN bisa naik hingga 21 GW. Sementara pada tahun 2060, kapasitas PLTN diharapkan naik menjadi 45-54 GW.

sumber: kumparan

Author: Ferry Nababan

Leave a Reply