Serba-serbi Hari Raya Saraswati, Perayaan Turunnya Ilmu Pengetahuan

Pada 30 Januari 2021, umat Hindu di Indonesia merayakan Hari Raya Saraswati. Hari raya yang digelar setiap 6 bulan sekali itu diisi dengan sembahyang dan pembacaan kitab suci Weda untuk mengenang Dewi Saraswati, Sang Dewi ilmu pengetahuan.

Rektor Universitas Hindu Negeri (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, I Gusti Ngurah Sudiana menjelaskan hari Raya Saraswati mempunyai banyak makna simbol yang bersifat universal. “Hari Raya Saraswati dirayakan pada wuku terakhir dari 30 Wuku dalam kalender Hindu. Yaitu, wuku Watugunung, tepatnya Saniscara atau Sabtu Umanis Watugunung,” kata dia seperti dilansir dari laman resmi Kementerian Agama.

Dalam keyakinan Hindu, Saraswati diyakini sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan ke dunia. “Perayaannya dilakukan mulai dari pagi sampai tengah hari. Media pemujaannya adalah berupa lontar dan buku sebagai lambang tempat menyimpan ilmu pengetahuan,” kata Sudiana.

Ia menjelaskan Dewi Saraswati stanannya berupa aksara. Oleh karena itu, pada hari tersebut tidak boleh menghapus aksara, melalaikan atau mengabaikan buku/lontar, apalagi melangkahi aksara, buku atau lontar karena tempat stanannya Dewi Saraswati. “Sebagai hari ilmu pengetahuan, dimaksudkan umat Hindu diberikan kesempatan untuk memuja sumber ilmu pengetahuan,” ujarnya.

Sudiana berpandangan bahwa ilmu pengetahuan tidak pernah habis-habisnya. “Barang siapa menguasai ilmu dan didukung oleh keyakinan yang penuh kepada Tuhan, dia akan terhindar dari berbagai permasalahan hidup. Barangsiapa yang tidak memiliki ilmu pengetahuan, maka akan selalu menemukan kebuntuan dalam menyelesaikan masalah kehidupan,” kata dia.

Karena itu, kata Sudiana, Dewi Saraswati memiliki simbol merak sebagai lambang kewibawaan dan angsa sebagai lambang kebijaksanaan. “Menyikapi hidup ini dalam keadaan apapun bila memiliki ilmu pengetahuan akan lebih mudah untuk mendapatkan jalan keluarnya, berbeda dengan mereka yang tidak berilmu pengetahuan,” ujarnya.

Perayaan hari raya Saraswati umumnya dilaksanakan di rumah, sekolah-sekolah termasuk di Perguruan Tinggi. “Karena saat ini masih masa pandemi Covid-19, maka perayaannya lebih banyak dari rumah dan dengan peserta terbatas serta mengikuti protokol kesehatan,” kata Sudiana.

 

sumber: tempo.co

Author: Bang Ferry

GEOLOGIST LIKE COFFIE

Leave a Comment