Temuan Tugu Tapal Batas Era Raja Kertajaya di Plosoklaten Kediri,Tertulis Tahun 1123 Saka

15 Jan 2024 1 min read No comments Blog

Petugas memasang police line di lokasi penemuan tugu tapal batas berangka tahun 1123 Saka era Raja Kertajaya, raja terakhir Kerajaan Panjalu Kadiri.

Tugu tapal batas itu ditemukan di Desa Kayunan, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri.

Lokasi ini pernah dibicarakan arkeolog Belanda sebagai tempat yang menyimpan banyak peninggalan sejarah era Kerajaan Panjalu/Kadiri.

Temuan tugu tapal batas  berukuran tinggi 170 cm tebal 76 cm diharapkan akan menguak misteri sejarah era Raja Kertajaya di Kayunan wilayah Kerajaan Panjalu yang berkuasa dari tahun 1112-1138 Saka. 

Di Kayunan juga ada peninggalan raja sebelumnya yakni Sri Sarweswara  raja Panjalu yang memerintah sekitar tahun 1159-1169. 

Raja ini berkuasa setelah Raja Jayabaya.

Nama gelarnya ialah Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Sarweswara Janardanawatara Wijaya Agrajasama Singhadani Waryawirya Parakrama Digjaya Uttunggadewa. 

Imam Mubarok Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4), telah melaporkan temuan ini ke Kantor Dinas Pariwasata dan Kebudayaan dan juga Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK)  Wilayah XI Jawa Timur di Mojokerto. 

“Kepala BPK telah menyampaikan kepada saya tim akan diterjunkan ke Desa Kayunan pada Senin (15/1) ,” kata Imam Mubarok, Minggu (14/1/2024).

Dari keterangan sumber-sumber di lokasi Desa Kayunan sejak lama telah terjadi penggalian liar dan mengangkut benda-benda purbakala ke luar daerah dengan tujuan dikoleksi dan dijual.

“Ini sangat berbahaya kalau ada pembiaran, saya telah melapor kepada Mas Bup (Bupati Kediri) terkait upaya penyelamatan yang harus segera dilakukan,” ungkapnya. 

Meski tidak semua dijarah masih ada yang tersisa dan yang baru ditemukan  harus segera diselamatkan.

Salah satunya menjadikan Desa Kayunan  sebagai Desa Budaya sehingga menjadi destinasi wisata.

Diberitakan sebelumnya, tugu tapal batas peninggalan sejarah ini ditemukan saat penggalian tanah urug di Desa Kayunan.

Kejadian ini pertama kali diketahui Erwan Yudiono, pemerhati sejarah dan benda purbakala.

Author: Gerai Kendhil

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *