Tergiring Angin Savana Wairinding di Pulau Sumba

20 Dec 2023 2 min read No comments Info Wisata
Featured image

Di jalur perjalanan darat dari Sumba Timur menuju Sumba Tengah lanjut Sumba Barat dan Sumba Barat Daya, ada kelokan dengan bahu jalan yang lebih lebar dibandingkan ruas yang lain. Tikungan itu menjadi akses utama untuk menuju Savana Bukit Wairinding, yang berjarak sekitar 27 kilometer dari tempat kami menginap di Hotel Kambaniru, Waingapu, ibu kota Kabupaten Sumba Timur.

Dari tempat mobil parkir, kami melintas beberapa kios, dan meniti tangga batu untuk menggapai lungur bukit. Di situlah Sabana Bukit Wairinding membentangkan eksotismenya. Penduduk di situ menyebutnya Bukit Lai Uhuk Wairinding. Namun, orang mengenalnya sebagai Savana Wairinding. “Edan indahnya,” gumamku.

Kalau sehari sebelumnya kami terpukau dengan cantiknya savana Bukit Tenau dan Puru Kambera, kali ini terperangah indahnya Bukit Wairinding. Lukisan alam yang sama-sama elok, hanya beda di detail.

Kami singgah ke Wairinding setelah mengikuti Huawei Media Camp 2023 di Sumba Timur pada Jumat-Senin, 8-11 Desember 2023 lalu. Kegiatan ini melibatkan juga perwakilan dari dunia bisnis. Selain itu, hadir perwakilan dari asosiasi industri, dan Masyarakat Telematika Indonesia. Ada pula akademisi dari Institut Teknologi Bandung dan Telkom University.

Pulau Sumba ini dikenal dengan jenis kuda Cendana dan sapi Ongole. Selain kreatif menciptakan kain tenun, penduduk Sumba juga gigih mengolah lahan untuk memanen jagung.

Dengan berpenduduk total hampir 800 ribu jiwa, sesuai data Badan Pusat Statistik 2022, Sumba adalah satu dari sekian pulau di Kepulauan Sunda Kecil, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Di utara Pulau Sumba, ada Pulau Flores yang dipisahkan oleh Selat Sumba. Sedangkan pada arah timur, ada Pulau Timor, tempat ibu kota provinsi, Kupang, dan negara tetangga Timor Leste.

Lanskap Savana Bukit Wairinding di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Senin, 11 Desember 2023. Tempo/Sunudyantoro.

Sabana Bukit Wairinding adalah keindahan yang dimiliki Sumba Timur, selain sejumlah sabana, pelbagai warisan kawasan rumah adat tua, pantai, dan air terjun. Padang rumput Wairinding ini menghias Desa Pambota Jara, Kecamatan Pandawai, sekitar 30 menit perjalanan darat dari Waingapu.

Bukit hijau penuh gundukan

Gundukan-gundukan bukit hijau rumput menghampar luas sepanjang mata memandang. Sekilas, dari titik lokasi kami memandang, Wairinding merupakan semacam lingkaran punggung bukit memanjang. Ke arah sisi kiri, lungur bukit memanjang jauh entah ke mana.

Demkian juga pada arah kanan, punggung bukit seperti jalanan yang mengular entah ke mana. Pada bagian tertinggi bukit ini, ada jalur setapak yang tidak terbungkus rumput, bekas lintasan penunggang kuda.

Melongok ke bawah, ada lembah dengan aneka pepohonan yang kebanyakan jenis pohon sambi atau kosambi. Dari arah ngarai yang terkesan lembut, berembus angin. Tidak dingin, tapi empasannya cukup untuk mengusir hawa Sumba Timur yang cenderung panas. Memandang jauh menembus titik pandang, dengan sedikit sikap diam, giringan angin ini membuat saya sedikit merinding, takjub.

Lanskap Savana Bukit Wairinding di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Senin, 11 Desember 2023. Tempo/Sunudyantoro.

Berada di tengah kedatangan rombongan kami, seorang remaja Wairinding menuntun kuda. Beberapa orang memanfaatkan jasa sewaannya. Namun, mereka menyewa bukan untuk ditunggangi berkeliling stepa, tapi untuk merawat kenangan, sekadar buat berfoto.

Seorang anggota rombongan, Uday Rayana yang telah lama hidup di Jakarta, mengajak kami bertiga mengobrol ringan, soal alam Sumba dan peradabannya. Ia juga mengkonstruksi bagaimana keindahan Wairinding jika dibenturkan dengan kerasnya alam di pulau ini.

“Buat orang Jakarta, mungkin sepekan di sini terasa indah. Namun, kalau untuk tinggal dalam masa yang lama, selamanya, orang Jakarta pasti sudah enggak betah,” ujar dia.

Bisa jadi Uday benar. Apalagi, dengan segala kerumitan hidupnya, orang Jakarta memang telah lama bermanja dengan banyak fasilitas.

Seorang kawan asal Aceh yang kini tinggal di Jakarta, anggota rombangan kami, Yuswardi Abdul Suud pun nyeletuk guyon. Ia bilang, sedang pelesir kok mendadak diskusi serius. “Kita nikmati saja kemolekan Wairinding,” kata Yuswardi. Dia benar.

sumber: temp.co

Author: Gerai Kendhil

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *