Hingga 2040, 22 GW Pembangkit Listrik Gas Bakal Dibangun di 100 Lokasi
Sebanyak 22 gigawatt (GW) pembangkit listrik gas baru akan dibangun di lebih dari 100 lokasi di seluruh Indonesia hingga 2040. Target ini menjadi langkah strategis dalam mendukung transisi energi nasional sekaligus memperkuat ketahanan energi melalui pemanfaatan gas domestik.
Gas memiliki peran penting sebagai energi transisi. Selain menggantikan bahan bakar minyak (BBM), gas juga mendukung pengembangan energi terbarukan, menjaga keandalan pasokan listrik, dan menekan emisi karbon.
Dalam draft Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024-2033, kapasitas pembangkit listrik nasional diproyeksikan meningkat sebesar 102 GW hingga 2040. Sebanyak 75 persen dari kapasitas tersebut berasal dari energi terbarukan, sementara 20 persen memanfaatkan gas sebagai penyeimbang energi.
Subholding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) memainkan peran utama dalam mendukung target ini. Direktur Gas dan BBM PLN EPI, Rakhmad Dewanto, mengungkapkan bahwa kebutuhan gas PLN diperkirakan tumbuh rata-rata 6,5 persen per tahun, dari 1.333 BBTUD pada 2024 menjadi 2.351 BBTUD pada 2033.
Hal ini diungkapkan dalam diskusi “Green & Clean Investment Opportunity in Indonesia” di Electricity Connect 2024, yang digelar di Jakarta Convention Center, Kamis (21/11/2024).
“Dengan pertumbuhan demand gas yang cukup tinggi, PLN mendukung investasi baru di sektor hulu gas untuk menjamin pasokan domestik, terutama di sektor kelistrikan pada masa depan,” ujar Rakhmad melalui keterangan pers, Selasa (26/11/2024).
PLN EPI juga memperkuat infrastruktur midstream gas dan LNG (Liquefied Natural Gas), termasuk pembangunan fasilitas Onshore dan Floating Storage Regasification Unit (FSRU) di Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Nias.
Proyek ini kini memasuki tahap Front End Engineering Design (FEED). Gas domestik, terutama LNG, akan menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor BBM.
Sebagai bagian dari pengembangan energi bersih, PLN EPI juga menggandeng mitra lokal dan global untuk mengkaji hidrogen hijau dan amonia hijau. Inisiatif ini mendukung upaya mencapai target Net Zero Emission pada 2060 sekaligus mempercepat transisi energi bersih di Indonesia.
sumber: kompas.com