Keunikan Rammang-Rammang, Objek Wisata yang Diusulkan Jadi Geopark UNESCO

Keindahan wisata karst Rammang-Rammang di Kabupaten Maros telah dikenal dan diakui oleh segenap warga Indonesia. Kini, taman nasional geopark ini sedang bersiap untuk lebih dikenal dunia karena sedang berproses dalam pencanangan Geopark Dunia oleh UNESCO.

Bukan tanpa sebab wisata yang berada di pegunungan kapur Maros-Pangkep ini diajukan menjadi geopark dunia. Alamnya menyuguhkan pesona yang mungkin tak bisa ditemukan di belahan dunia lain.

Rammang-rammang berarti awan atau kabut dalam bahasa Makassar. Nama itu menggambarkan suasana di sana yang kerap diselimuti kabut, terutama saat pagi hari. Namun kabut itu tak menutupi pesona gugusan pegunungan karst yang gagah itu.

Gugusan pegunungan karst itu disebut terbentuk jutaan tahun lalu. Namun baru dihuni oleh manusia ribuan tahun lalu. Hal tersebut dapat terlihat dari peninggalan berupa lukisan di dinding-dinding tebing. Contohnya ada di gua Telapak Tangan.

Ridwan, salah seorang pelaku wisata di sana mengatakan salah satu keistimewaan karst adalah mampu menyimpan kantong-kantong air yang tak pernah habis. Dulu, masyarakat setempat mengambil air untuk kehidupan sehari-hari di wilayah ini.

Jika sampai karst ini ditambang, kata Ridwan, maka suatu saat akan habis dan tidak bisa tumbuh kembali. Karena itu, sebelum ditetapkan menjadi taman nasional geopark pada 2017, warga setempat berjuang keras menentang rencana masuknya perusahaan tambang ke wilayah ini.

“Beberapa tahun lalu, orang tua kita ambil air bersih di sini sebelum ada air dalam kemasan, makanya kami berjuang agar wisata Rammang-Rammang ini masuk ke Geopark UNESCO,” kata Ridwan.

© Disediakan oleh Tempo.coSetelah menyusuri Sungai Pute dengan perahu, peserta Datsun Raisers Expedition 2 menjelajah kampung batu di obyek wisata Rammang-rammang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 20 Maret 2017. TEMPO/Jobpie Sugiharto

Bukan hanya pesona karst, Rammang-rammang juga memanjakan mata pengunjung dengan sejumlah objek wisata lain seperti Kampung Berua. Di kampung ini, terdapat telaga yang disebut telaga Bidadari. Dinamakan begitu karena konon menjadi tempat mandi para bidadari.

Untuk menuju kampung Berua, pengunjung bisa menyusuri sungai Pute. Tentunya sepanjang perjalanan, keindahan pegunungan dan hamparan sawah menjadi pemandangan yang menyejukkan mata.

sumber: tempo.com

Author: Bang Ferry

GEOLOGIST LIKE COFFIE

Tinggalkan komentar